BIG DATA
MEMBAWA
TULISAN MENDUNIA
Malam ini tiba saatnya untuk
melanjutkan kuliah singkat di grup WA “ Belajar Menulis Gelombang 16” Laksana
baterai HP yang baru di cas, semangatku meletup-letup bak petasan menyambut
datangnya sang pengantin pria membawa rombongannya , yang di iringi dengan musik
Rebana. Dari bangun tidur sebelum fajar
menyingsing ,langkah kaki ini begitu ringan bak kapas beterbangan tertiup angin
segar di pagi hari. Hati penuh dengan bunga-bunga manja yang ingin mendapat
belaian lembut oleh si empunya. Bukan karena tanggal muda , bukan
pula karena dapat “Give Away” dari Baim Paula. Pokoknya tidak tau
kenapa, hari ini berasa dunia milikku saja. Syukur Alhamdulillah tak lupa ku
ucapkan , semoga hari-hariku berikutnya demikian adanya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan
pukul 19.00 WIB. Saatnya aku buka HP untuk mengikuti pertemuan ke-5 di kelas
menulis. Pertemuan malam ini menghadirkan seorang sosok ibu yang begitu anggun
dan cantik jelita walau usia tak lagi muda. Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd atau akrab di panggil “ Ibu Kanjeng”. Mendengar
panggilan beliau , teringat olehku sebutan” Kanjeng Ibu”. Sebutan itu sering di gunakan oleh keluarga darah biru / keluarga bangsawan di kerajaan
Kasunanan Surakarta (Solo) ataupun Kesultanan di Jogja. Itupun saya dengar dari
cerita mulut ke mulut dan dari Televisi yang sering menayangkan film-film
kolosan tentang kerajaan. Sebutan “kanjeng
Ibu” sendiri mengisyaratkan sebutan seorang ibu yang terhormat, anggun,
penuh kasih sayang, ngayomi serta baik hati dan penuh kelembutan. Oh….Kanjeng Ibu…..”Love You Full” Kanjeng Ibu.
Pada pemaparan kali ini “Kanjeng Ibu” saya ganti dengan “ Ibu Kanjeng”.Ibu Kanjeng lahir
pada tanggal 8 April 1961. Beliau tinggal di Jakarta sejak usia 1 tahun, hingga
akhirnya hijrah ke Solo pada tahun 1990. Sosok ibu Kanjeng merupakan sosok
seorang “Kanjeng ibu” yang penuh
kasih sayang, ditandai beliau selalu bersama kemanapun keluarganya berada .
Hingga rela hijrah ke kota yang lebih kecil yaitu Solo di banding dengan Jakarta
kota Metropolitan.
Merasa terlambat belajar menulis, karir beliau menulis di awali ketika
beliau berumur setengah abad. Selain karir di bidang menulis, karir di bidang
akademiknya tak perlu di ragukan lagi. Beliau merupakan lulusan S2 jurusan
Pengkajian Bahasa Inggris dari sebuah universitas ternama di kota Solo yaitu
UNS (Universitas Sebelas Maret) . Wowww…bravo , kita ketahui semua bahwa untuk
masuk kuliah di UNS tidak mudah, hanya mereka-mereka yang mempunyai akademik
yang bagus baru bisa kuliah di sana. Selama karirnya dalam menulis , berbagai
macam buku telah beliau terbitkan. Beliau juga salah satu orang yang aktif di
blog Gurusiana dan Komunitas sujuta guru Ngeblog.
Usia senja tidak menjadi menjadi
penghalang bagi beliau dalam ikut serta membangun
bangsa tercinta ini.Beliau juga menjadi salah satu Penggiat Literasi Nusantara
dan Duta Bunda Baca Soloraya. Beliau benar-benar seorang motivator, inspirator hebat
yang telah manyulut api semangat generasi muda untuk ikut berkontribusi dalam
pembangunan bangsa ini . Ibu Kanjeng benar-benar seorang Ibu panutan untuk kita
semua. Terlepas darah biru maupun bukan itu tidak terlalu penting bagi saya , menurut
kacamata saya beliau adalah sosok ibu dalam menu “ Komplit”. Penyayang,
inpirator, motivator, ibu rumah tangga sejati, istri idaman dan tentunya
seorang “ Kanjeng Ibu “ bagi kita
semua.
Saya kutip dari tulisan beliau “ BIG
DATA membuat kita merasa nyaman bila melahap semua info” Dari kalimat
tersebut saya mengambil kesimpulan ,bahwa dengan adanya big data/ data yang
besar maka kita dapat mengibaratkan kamus berjalan , kata apa yang kita
inginkan tersedia di situ, dengan kata lain apapun data yang kita butuhkan
tersedia, data tepat dan signifikan,
sehingga bisa kita jadikan referensi
atau acuan dalam kita menulis.Dengan data yang besar yang kita miliki , kita
akan lebih mudah menyusun kalimat yang kita butuhkan dengan mudah , runtut dan
urut. Tulisan kita menjadi tulisan yang bervariatif dan menarik untuk di baca. Dalam
kesempatan ini ibu kanjeng memberikan tips-tips bagi para pebulis yang ingin
sukses.
Berikut ini tips
menulis dan cara menerbitkan buku dari Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.
1.
Tips
Menjadi Penulis
·
Banyak membaca.
Dengan banyak membaca akan semakin banyak ide/
gagasan yang akan kita jadikan bahan untuk menulis
·
Mencoba menulis.
Menuliskan apa
saja apa yang ingin kita tulis, yang
ada di benak kita, yang kita rasakan .
·
Mengirimkan tulisan ke media cetak
atau ke penerbit buku.
·
Terus menulis walaupun ditolak penerbit atau sudah pernah diterbitkan.
2.
Tips
Disiplin Menulis
·
Membuat kerangka tulisan
(outline).
·
Membuat target/dead line
·
Fokus menyelesaikan tulisan Anda
·
Reward & punishment
·
Memilih Judul Yang Menarik sesuai
tema tulisan
·
Membuat judul dengan kata yang
mudah diingat.
·
Membuat judul yang membuat orang
penasaran untuk membaca isinya.
3.
Tips
mencari ide:
·
Membaca buku sebanyak mungkin
·
Refreshing. Pergi ke tempat-tempat
wisata/ tempat yang bagus dan indah untuk menyegarkan pikiran/ otak agar kembali
fresh.
·
Menuliskan apa yang bisa di tulis
, jika belum mendapatkan ide, mencoba mencari referensi dari berbagai media.
·
Menggunakan cara ATM (amati, tiru,
modifikasi).
4.
Hal-hal
yang perlu di perhatikan sebelum mengirimkan naskah ke Penerbit :
·
Menyiapkan naskah serapi mungkin
·
Memilih Penerbit yang sesuai
dengan jenis naskah
·
Memperhatikan tata cara pengiriman
dan ketentuan mengirim naskah ke penerbit yang bersangkutan. Misal, ada
penerbit yang hanya menerima naskah dalam bentuk cetak, ada pula penerbit yang
menerima naskah dalam bentuk file lewat email. Dalam ketentuan pun biasanya
penerbit berbeda-beda. Misalkan untuk penerbit tertentu mensyaratkan naskah 10-15
halaman, kemudian ketentuan margin, dan ketentuan lain sebagainya.
·
Mengirimkan naskah beserta sinopsis dan biodata penulis.
Jika perlu kirim pula proposal untuk meyakinkan penerbit yang
bersangkutan
Tak
terasa sudah di penghujung pertemuan, Bu Kanjeng menutup kelas malam ini dengan mengatakan
bahwa ada banyak jalan menuju kesuksesan,
yang kita perlukan hanyalah terus melangkah dan jangan sampai berhenti. Kita
harus menjadikan menulis sebagai sebuah kebutuhan bukan sebuah kewajiban.
Menurut beliau menulis itu ketrampilan bukan bakat, jadi selama kita mau berlatih
terus menerus kita akan bisa menjadi penulis handal. Jangan risau, tetaplah
menulis dan belajar mengupgrade diri agar naik kelas. .
Menulis apa yang disukai dan dikuasai. Beristiqamahlah
dalam menulis. Biarkan tulisan menemui takdirnya. Semoga kita semua senantiasa
di beri kekuatan untuk terus maju bersama menjadi penulis-penulis yang
bermanfaat bagi semua insan di bumi tercinta, mari kita semua ikut
berpartisipasi dalam membangun negeri kita tercinta ini, dengan cara kita.
Salam
Literasi
sudah bagus dan top,,,pesen petasan boleh ya...salam sukses
BalasHapusMakasih za Pak,....petasannya dah di bakar semua he..he..
BalasHapusSemangat terus, pasti bisa..
BalasHapusMakasih bund....
BalasHapusMantap resumenya. Sekadar masukan untuk penulisan kata baku dan pemakaian kata asing. Tabik.
BalasHapusOk terima kasih pak pak Sudomo atas masukannya. Maaf Tabuk itu apa ya pak???
BalasHapusOk terima kasih pak pak Sudomo atas masukannya. Maaf Tabuk itu apa ya pak???
BalasHapus